Jepang kembali diguncang gempa besar, memaksa ribuan warganya di Toshima untuk dievakuasi. Bencana ini bukan hanya menguji kesiapsiagaan infrastruktur, tapi juga ketangguhan kepemimpinan dalam situasi genting. Dalam dunia pendidikan, kita pun mengenal guncangan lain yang bisa melumpuhkan aktivitas sekolah: keterlambatan dana BOS. Ketika BOS tak kunjung cair, sekolah kerap lumpuh seketika. Namun, apakah benar tidak ada solusi?

Continue Reading

Beberapa hari lalu, publik dibuat bertanya-tanya. KPK sedang mempelajari dokumen dari Menteri UMKM terkait kunjungan istri beliau ke Eropa. Bukan soal jalannya perjalanan, tapi transparansi dan kolaborasi yang patut dipertanyakan. Di ranah pendidikan, kasus ini bisa jadi refleksi. Sebab jika kepala sekolah masih merasa sebagai satu-satunya pemegang kebenaran, tanpa merangkul stakeholder lain, kehancuran tinggal tunggu waktu.

Continue Reading

Banyak kepala sekolah masih menganggap digitalisasi sekolah sebagai beban tambahan—membutuhkan biaya, pelatihan, dan waktu. Tapi bagaimana jika sebetulnya, di balik layar monitor dan sistem yang tertata rapi, tersembunyi tambang emas bernama aset digital? Bukan cuma hemat waktu dan tenaga, sistem digital yang dibangun dengan benar bisa menjadi sumber pemasukan baru bagi sekolah.

Continue Reading

Setiap sekolah pasti punya visi. Tapi berapa banyak yang benar-benar mewujudkannya? Di balik slogan indah yang tertempel di dinding aula, tak sedikit sekolah yang kehilangan arah. Mereka sibuk menjalankan rutinitas tanpa tahu ke mana sebenarnya hendak melangkah.

Seperti cerita Pak Rudi, kepala sekolah di sebuah SMP swasta di Jawa Tengah. Selama bertahun-tahun, ia merasa visinya hanya sekadar formalitas. Sampai akhirnya ia berkata jujur, "Saya capek bikin visi misi tiap lima tahun, tapi sekolah saya nggak pernah benar-benar berubah."

Continue Reading

Yogyakarta – Bayangkan dua sekolah berdiri berdampingan. Yang satu masih mencatat nilai dengan pulpen dan kertas, yang lain sudah menggunakan dashboard digital yang bisa dipantau orang tua secara real-time. Keduanya mengajar kurikulum yang sama. Tapi satu tampak tertinggal, yang lain melesat maju. Pertanyaannya: mana yang siap menghadapi masa depan?

Di era pasca putusan MK soal sekolah gratis, tekanan terhadap sekolah untuk bisa berjalan efisien dan transparan semakin tinggi. Maka, perbedaan antara sekolah tradisional dan sekolah digital bukan sekadar soal gaya. Ini soal siapa yang bertahan, dan siapa yang ditinggalkan.

Continue Reading

Yogyakarta – Dalam dunia pendidikan, banyak kepala sekolah dan yayasan merasa diikat oleh regulasi yang kaku dan berubah-ubah. Tapi pertanyaan yang lebih penting adalah: "Apakah kita hanya sekadar taat, atau sudah membangun budaya yang benar-benar hidup?"

Di tengah arus perubahan, termasuk kurikulum baru dan tuntutan sekolah gratis, banyak sekolah kehilangan daya adaptifnya. Alih-alih berinovasi, mereka justru tersandera oleh rutinitas administratif yang menguras energi. Padahal, regulasi bisa saja berubah kapan saja, tapi budaya sekolah adalah fondasi jangka panjang.

Continue Reading

Yogyakarta – Drama Korea memang asyik untuk dinikmati sore hari. Tapi jika yang muncul justru drama di sekolah—seperti salah input nilai, absensi fiktif, atau laporan keuangan yang tak jelas—maka yang terjadi bukan hiburan, melainkan pusing tujuh keliling. Apalagi sekarang, ketika semangat sekolah gratis mulai digaungkan secara nasional, kualitas tak boleh dikorbankan hanya demi mengejar "gratis".

Banyak yang bertanya, mungkinkah sekolah gratis bisa tetap profesional, berkualitas, dan minim drama? Jawabannya: sangat mungkin. Tapi hanya jika sekolah berani membangun sistem yang berpihak pada transparansi, kreativitas, dan digitalisasi.

Continue Reading

Yogyakarta – Ketika sekolah dituntut transparan, kreatif, dan mampu bertahan di tengah kebijakan sekolah gratis, satu fakta tak bisa dipungkiri: peran kepala sekolah tidak bisa lagi stagnan sebagai “pengurus harian” semata. Dunia sudah berubah, dan pemimpin sekolah pun harus ikut berubah.

Banyak yayasan dan dinas pendidikan saat ini mulai menyadari bahwa model kepemimpinan lama tak lagi cukup. Menjalankan SOP administratif, mengisi dokumen BOS, dan mengatur absen guru bukanlah kapasitas penuh seorang pemimpin sekolah. Sekolah butuh figur baru—seorang School CEO.

Continue Reading