Apa Jadinya Jika Guru Bisa Fokus Mengajar Tanpa Repot Administrasi? Ini Solusinya!
Bu Eni, guru IPA di sebuah SMP di Jawa Barat, pernah berkata sambil tersenyum lelah, “Kadang aku lebih sibuk ngisi data siswa dan rekap nilai, daripada nyiapin eksperimen di laboratorium.” Ia bukan satu-satunya. Ribuan guru di Indonesia menghadapi realita serupa: terjebak dalam tumpukan dokumen, formulir, dan laporan yang menyita waktu. Tapi apa jadinya jika beban itu bisa diangkat, dan guru bisa kembali ke panggilan utamanya—mengajar dan mendidik dengan sepenuh hati?