Squid Game di Sekolah? Kepemimpinan Transformatif Bukan Tentang Jabatan, Tapi Visi!

Yogyakarta – Musim ketiga Squid Game di Netflix kembali mencuri perhatian. Bukan hanya karena plot-nya yang mencekam, tapi juga karena pesan tersirat tentang kepemimpinan, kontrol, dan keberanian mengambil risiko. Di dunia pendidikan, permainan yang tampak seperti aturan kaku dan sistem baku juga tengah berlangsung—dan taruhannya adalah masa depan anak-anak Indonesia.

Pertanyaannya, siapa yang akan memimpin agar sekolah tak menjadi arena survival, tapi ekosistem pembelajaran yang hidup?

Di era sekolah gratis pasca keputusan Mahkamah Konstitusi, tekanan terhadap sekolah semakin kompleks. Kepala sekolah tak lagi hanya dituntut menjalankan aturan, tapi juga menciptakan terobosan agar operasional tetap berjalan tanpa membebani orang tua.

Continue Reading

Bukan Lagi Kepala Sekolah Biasa: Era Baru “School CEO” Sudah Dimulai!

Yogyakarta– Di tengah tantangan dunia pendidikan yang terus berkembang cepat, muncul satu istilah baru yang sedang ramai dibicarakan: School CEO. Istilah ini bukan sekadar tren gaya-gayaan, tapi refleksi dari kebutuhan nyata: sekolah butuh pemimpin yang bukan hanya mendidik, tapi juga mengelola dan memimpin transformasi.

Masih banyak kepala sekolah yang terpaku pada tugas administratif dan rutinitas harian. Padahal zaman sudah berubah. Sekolah gratis kini jadi keniscayaan, tuntutan transparansi makin besar, dan peran sekolah meluas jadi pusat pemberdayaan komunitas. Di sinilah School CEO lahir—sebagai identitas baru kepala sekolah era digital.


School CEO: Pemimpin Pendidikan yang Berdaya Kelola

Pak Sonny, CEO PT. Kamadeva Inovasi Global, menjelaskan bahwa School CEO adalah kepala sekolah yang tidak hanya fokus pada proses belajar mengajar, tapi juga menjadi motor utama perubahan, inovasi, dan keberlanjutan sekolah.

“School CEO punya cara pandang seperti pemimpin organisasi modern—visioner, mampu membaca data, mengelola SDM, dan menjalin kolaborasi luas. Mereka sadar bahwa keberhasilan sekolah tak cukup hanya dari nilai ujian, tapi dari bagaimana sekolah bisa tumbuh sehat secara keseluruhan,” ujar Pak Sonny.

Berbeda dengan kepala sekolah konvensional yang umumnya terjebak pada operasional, School CEO mampu membangun ekosistem sekolah yang tangguh melalui pemanfaatan teknologi dan prinsip manajemen strategis.


Teknologi: Senjata Utama School CEO

School CEO tidak bekerja sendiri. Mereka memanfaatkan alat bantu yang tepat, seperti:

Dengan alat-alat ini, School CEO bisa mengambil keputusan berbasis data, melakukan evaluasi menyeluruh, dan membangun budaya sekolah yang agile.


Karakteristik School CEO: Bukan Sekadar Gelar

Apa yang membedakan School CEO dengan kepala sekolah biasa?

  1. Berpikir Strategis – Mampu menyusun rencana jangka panjang dan membacanya dalam konteks sosial dan digital.

  2. Melek Teknologi – Tidak alergi pada inovasi digital, malah menjadikannya sebagai alat utama manajemen.

  3. Komunikatif dan Kolaboratif – Menjalin hubungan aktif dengan yayasan, orang tua, komunitas, dan dunia usaha.

  4. Berorientasi Hasil – Fokus pada capaian nyata, baik dari sisi mutu pendidikan maupun kemandirian institusi.

  5. Pemberdaya Tim – Mampu menginspirasi guru dan staf untuk berinovasi bersama.


Kepala Sekolah Masa Kini Harus Naik Level

Pak Sonny menegaskan bahwa saat ini tidak cukup hanya jadi kepala sekolah “baik hati dan sabar”. Dunia berubah cepat, dan sekolah harus siap dengan kepemimpinan yang relevan.

“Kalau kita bicara sekolah gratis, maka sekolah harus bisa bertahan dan unggul tanpa beban pungutan. Itu butuh School CEO yang tahu cara mengelola potensi, bukan cuma minta bantuan,” katanya.


Penutup: Sudah Siap Jadi School CEO?

Era ini bukan untuk kepala sekolah yang hanya bertahan. Ini zamannya mereka yang berani memimpin perubahan.

“School CEO bukan soal jabatan baru, tapi identitas baru. Sekolah butuh pemimpin yang kuat secara visi, sigap secara manajemen, dan cerdas dalam penggunaan teknologi.”

Jadi, kepada semua kepala sekolah:
Apakah Anda siap naik level… atau hanya akan jadi penonton di perubahan besar ini?

Continue Reading

💥 Jangan Kaget! Orang Tua Bisa Bantu Biaya Sekolah Tanpa Harus Dimintai Uang

Apa jadinya kalau sekolah bisa tetap berjalan, guru tetap dibayar, dan program pendidikan tetap berkembang, tanpa perlu memungut iuran dari orang tua? Ini bukan angan-angan. Faktanya, ada cara elegan dan bermartabat untuk melibatkan orang tua sebagai kolaborator, tanpa membebani mereka secara finansial. Kuncinya? Iklan edukatif dalam ekosistem digital sekolah.


🎯 Sekolah Gratis Butuh Strategi Cerdas

Kebijakan Mahkamah Konstitusi yang menggratiskan biaya sekolah dari SD hingga SMP membawa angin segar—namun sekaligus tantangan baru. Sekolah tetap harus hidup. Operasional tetap berjalan. Tapi tanpa dana dari SPP atau iuran komite, siapa yang menopang keberlanjutan?

Continue Reading

Dibalik Kepergian Indra Jaylani, Ada Pelajaran Penting untuk Kepala Sekolah: Sudah Siap Jadi Edupreneur?

Indra JaylaniDunia hiburan Indonesia dikejutkan oleh kabar duka wafatnya Indra Jaylani, aktor FTV muda yang meninggal dunia akibat penyumbatan usus. Namun lebih dari sekadar bintang televisi, sosok Indra ternyata memiliki prestasi akademik yang mentereng. Ia dikenal sebagai pribadi berdedikasi tinggi di bidang pendidikan, bahkan sempat aktif dalam berbagai kegiatan kampus dan sosial.

Kepergiannya menyisakan luka, tapi juga pelajaran berharga: bahwa pendidikan dan dedikasi bisa menjadi warisan abadi. Dan inilah saatnya kita bertanya—bagaimana dengan kepala sekolah hari ini? Sudahkah mereka mengambil peran lebih besar sebagai pemberdaya, bukan sekadar pelaksana?

Continue Reading

💔 Ditinggal Mendadak di Usia 29, Dunia Berduka — Sekolah Swasta Harus Segera Bangkit dengan Langkah Digital Sebelum Terlambat!

Kabar meninggalnya model Kim Jong Suk di usia 29 tahun mengguncang publik. Usia muda, penuh potensi, namun tak sempat mewujudkan impian. Lantas, bagaimana dengan sekolah swasta kita? Di tengah gelombang kebijakan pendidikan gratis dan larangan pungutan, jangan sampai sekolah Anda bernasib serupa: muda, berpotensi… namun tumbang karena tak sempat beradaptasi. Solusinya? Ada di SISKO, sebuah sistem informasi sekolah yang tak sekadar administratif, tapi menyelamatkan eksistensi yayasan.

Continue Reading

🇮🇩🔥 Gol Kemenangan Ole Romeny vs China Bikin Geger! Tapi Apakah Sekolah Kita Bisa Cetak Gol Juga Lewat Digitalisasi?

Ole Romeny berhasil mencetak sejarah di menit ke-45. Gol tunggalnya ke gawang China bukan hanya membuat Timnas Indonesia unggul 1-0, tapi juga membakar semangat seluruh rakyat Indonesia. Pertanyaannya sekarang: bisakah sekolah-sekolah di Indonesia juga “mencetak gol kemenangan” mereka sendiri—melawan tantangan besar di dunia pendidikan?

Continue Reading

😱 Calistung Tak Lagi Jadi Syarat Masuk SD? Ini Penjelasan dan Apa yang Harus Orang Tua Lakukan Sekarang

“Loh, anak saya belum bisa membaca, gimana nanti di SD?”
Pertanyaan ini mungkin sering berputar di kepala para orang tua. Namun baru-baru ini, keputusan besar dibuat oleh Kemendikbudristek yang bisa mengubah cara kita memandang pendidikan dini: tes calistung tidak lagi menjadi syarat masuk SD!

Banyak orang tua terkejut—dan bahkan bingung. Apa sebenarnya maksud dari kebijakan ini? Apakah anak tidak perlu bisa membaca atau berhitung saat masuk SD?

Continue Reading

😱 Keputusan MK Wajibkan SD-SMP Negeri & Swasta Gratis, Lalu Dana Operasional dari Mana? Ini Solusinya!

Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) pada 28 Mei 2025 mengejutkan banyak pihak. Dalam amar putusannya, MK menyatakan bahwa pendidikan dasar wajib belajar 9 tahun — yakni jenjang SD dan SMP — di sekolah negeri maupun swasta harus diselenggarakan secara gratis.

Banyak kepala sekolah, terutama dari sekolah swasta, dibuat kelimpungan. Bahkan Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, secara terbuka menyatakan, "Ya jelas berat."
Sumber lengkap: BBC Indonesia | Kompas.com

Namun di balik tantangan itu, terbuka pula peluang besar bagi sekolah untuk bertransformasi secara digital tanpa bergantung pada pungutan biaya siswa.

Continue Reading