Tarif Listrik Naik, Dana Terbatas—Apakah Kepala Sekolah Harus Tunggu Arahan? Atau Justru Bertindak?

1 Juli 2025—tarif listrik resmi naik. Baik pelanggan prabayar maupun pascabayar PLN, termasuk sekolah-sekolah, kini menghadapi realitas baru: beban operasional yang melonjak. Tapi persoalan yang lebih penting bukan pada tarif itu sendiri, melainkan pada bagaimana kepala sekolah menyikapinya.

Apakah akan menunggu petunjuk dari atasan, yayasan, atau dinas? Ataukah berani mengambil keputusan strategis demi keberlanjutan sekolah? Karena dalam krisis seperti ini, keberanian untuk membuat keputusan adalah kualitas yang menentukan masa depan.

 

Kepala Sekolah Tidak Lagi Sekadar Operator, Tapi Pengambil Keputusan Tertinggi di Sekolah

Sebagai konsultan pendidikan di divisi Kamadeva Coaching Academy, saya—Gloria Sarasvati Anindya—telah mendampingi ratusan kepala sekolah dalam proses transisi dari manajer administratif ke pemimpin strategis. Dan yang paling sering saya temui adalah: keraguan dalam mengambil keputusan saat keadaan tidak ideal.

Padahal, di tengah krisis, yang dibutuhkan bukan prosedur panjang—tetapi clarity, speed, dan direction.

Pilar Penting dalam Decision Making Sekolah

  1. Data yang Terintegrasi. Tanpa data yang solid, keputusan hanya akan menjadi tebakan. Sekolah perlu menggunakan sistem informasi sekolah yang dapat menyajikan laporan akademik, keuangan, dan operasional secara real-time.

  2. Pemanfaatan manajemen sekolah digital. Bukan hanya agar semua lebih efisien, tetapi supaya kepala sekolah bisa memetakan risiko, menetapkan prioritas, dan menyusun skenario kebijakan dengan tepat.

  3. Keterbukaan Keuangan. Krisis sering membuat kepercayaan goyah. Maka penting memiliki administrasi sekolah online yang transparan, baik untuk internal maupun komunikasi ke wali murid.

  4. Kreativitas sebagai Aset. Saat biaya naik dan pemasukan stagnan, maka cara berpikir lama tidak lagi cukup. Sekolah perlu mengembangkan sumber pendanaan non-konvensional. Bahkan sekolah gratis pun bisa tetap berkualitas asalkan strategi fundraising dan kemitraannya aktif.

  5. Teknologi Sebagai Mesin Inovasi. Sekolah yang sudah memakai software sekolah 4.0 dan aplikasi sekolah terintegrasi terbukti lebih siap menghadapi perubahan, termasuk lonjakan biaya seperti tarif listrik.

Saat Krisis, Kepemimpinan Sejati Justru Dibentuk

Ingat, yang membedakan pemimpin hebat dengan pemimpin biasa bukan terletak pada kondisi ideal, melainkan kemampuan membuat keputusan saat semua tampak tidak pasti. Dan tidak ada keputusan yang sempurna—yang ada adalah keputusan yang diambil dengan sadar, berdasarkan data, dan dijalankan dengan tanggung jawab.

Itulah mengapa kami selalu menekankan pada pelatihan School Decision Making Matrix kepada kepala sekolah: agar mereka tidak hanya bereaksi, tapi bisa memimpin dengan arah.

Langkah Awal Bisa Dimulai dari Audit Digital Sekolah

Coba tanyakan:

  • Apakah sekolah Anda sudah memakai sistem terintegrasi untuk akademik, keuangan, dan komunikasi?

  • Apakah Anda bisa memantau operasional sekolah dalam satu dasbor terpadu?

  • Jika besok subsidi dicabut, strategi alternatif apa yang sudah disiapkan?

Jika jawabannya belum, maka inilah saatnya bergerak. Bukan menunggu, tapi memimpin.

Penutup: Keputusan Bukan Soal Cepat atau Lambat, Tapi Arah yang Tepat

Tarif listrik mungkin naik lagi. Dana BOS mungkin tersendat. Tapi sekolah yang dipimpin dengan arah dan keberanian, akan tetap hidup—karena punya pemimpin yang tidak menunggu gelombang, tapi menciptakan arus sendiri.

“Karena kepala sekolah sejati bukan hanya mengelola sekolah hari ini, tapi memimpin sekolah menuju masa depan.”

Yuuk saatnya tahu SISKO (Sistem Informasi Sekolah) untuk membantu Anda melewati masa kritis ini. Pelajari di kamadeva.com