Siapkah Guru Indonesia Melaksanakan Kurikulum Prototipe?

KOMPAS.com - Siapkah guru-guru Indonesia melaksanakan kurikulum prototipe?

Mungkin pertanyaan tersebut pernah muncul dalam pikiran kita baik kita sebagai guru, kepala sekolah, orangtua, ataupun sebagai siswa saat mendengar tentang kebijakan baru yang diluncurkan Kemendikbud Ristek.

Kurikulum prototipe hanya akan diterapkan pada sekolah yang bersedia melaksanakan. Kurikulum prototipe yang mengusung Merdeka Belajar diharapkan memberikan kepada guru kemerdekaan merancang, melaksanakan, sampai dengan mengevalusi pembelajaran.

Apakah merdeka mengajar merupakan hal mudah bagi guru?

Berdasarkan pengalaman penulis berdiskusi dengan ratusan guru dari berbagai daerah di Indonesia melalui Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam jabatan, guru Indonesia banyak yang belum memiliki mindset merdeka, bahkan masih didominasi guru dengan mindset pelaksana.

Banyak guru yang selama mengajar hanya mengandalkan acuan ataupun contoh yang sudah ada. Guru tidak berani menuangkan kreativitas dengan pemikiran takut menyalahi aturan dan tidak sesuai dengan kebijakan pemerintah.

 

Tidak kita pungkiri sampai saat ini banyak guru yang masih menggunakan perangkat pembelajaran yang bukan karyanya sendiri.
Perangkat pembelajaran masih dianggap sebagai sekadar dokumen yang perlu dimiliki guru dan bukan merupakan satu kesatuan utuh dengan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasinya.

Akibatnya, terjadi ketidaksesuaian antara dokumen yang dimiliki guru dengan pelaksanaan pembelajaran dan evaluasinya.

Fenomena ini tentunya perlu menjadi bahan refleksi bersama terutama bagi guru agar masyarakat memiliki optimisme yang tinggi bahwa guru mampu melaksanakan kurikulum prototipe dengan konsep merdeka belajar, merdeka mengajar.

Apa yang harus disiapkan guru?

Salah satu hal baru yang ada pada struktur kurikulum prototipe adalah tentang pembelajaran proyek sebagai alternatif pengembangan soft skill peserta didik sehingga mencerminkan profil pelajar Pancasila.
Yaitu sosok pelajar yang (1) beriman, bertakwa kepada Tuhan YME; (2) berkebhinekaan global; (3) bergotong royong; (4) kreatif; (5) bernalar kritis; dan (6) mandiri.

Untuk mewujudkan hal tersebut guru harus memiliki keberanian untuk keluar dari zona nyamannya. Pembelajaran proyek juga bukan sesuatu yang baru karena telah dianjurkan pemerintah pada kurikulum 2013 atau yang dikenal dengan model Project Based Learning.

Hanya saja belum banyak guru yang sukses menerapkan pembelajaran proyek. Bahkan banyak guru yang belum mau menerapkan dengan alasan membutuhkan waktu yang lama, ribet dalam pelaksanaan, dan membutuhkan biaya lebih.

Padahal pelaksanaan pembelajaran proyek dapat disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada.

Strategi menerapkan pembelajaran berbasis proyek

Untuk meminimalisir hal-hal di atas, salah satu alternatif yang bisa diterapkan guru adalah pembelajaran proyek dilakukan secara kolaboratif tematik antar mata pelajaran. Berikut cara yang dapat dilakukan guru:

1. Mendiskusikan capaian pembelajaran. Guru berbeda mata pelajaran melakukan brainstorming tentang capaian pembelajaran agar ditemukan benang merah antar mata pelajaran sebagai dasar penentuan tema.
2. Menentukan tema. Guru berdiskusi memilih tema yang sesuai dan mendukung capaian pembelajaran masing-masing mata pelajaran.
3. Menentukan proyek. Guru menyepakati satu proyek berdasar tema yang telah ditetapkan dengan menentukan jadwal pelaksanaan, pembagian tugas, dan strategi pembelajarannya dengan mengacu konsep MIKiR atau Mengalami, Interaksi, Komunikasi, Refleksi.

Peserta didik mengalami melalui proyek yang dikerjakan, berinteraksi dengan peserta didik lain, dengan guru, orang tua, atau pihak lain dalam proses penyelesaian proyek. Mengkomunikasikan hasil
proyek yang dilakukan serta merefleksi keberhasilan proyek terkait faktor yang penghambat dan pendorong jalannya proyek.

4. Menentukan teknik dan alat penilaian. Guru menentukan teknik dan alat penilaian yang akan digunakan disesuaikan dengan capaian pembelajaran masing-masing mata pelajaran baik penilaian proses maupun penilaian produk dalam ranah pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Untuk penilaian pengetahuan guru dapat mengacu pada jenis pertanyaan PIT (Produktif, Imajinatif, dan Terbuka) sementara untuk penilaian aspek sikap dan keterampilan disesuaikan dengan capaian pembelajaran masing-masing mata pelajaran.

Menerapkan pembelajaran proyek kolaboratif tematik

Agar meringankan guru, pembelajaran proyek dapat dilakukan guru secara bersama oleh lebih dari dua mata pelajaran melalui kesepakatan bersama. Hal ini dapat dilakukan pada awal semester atau awal tahun ajaran baru sehingga guru dapat menentukan arah pembelajaran jauh-jauh hari.
Penulis merumuskan 3K atau Kolaborasi, Kompetensi, dan Kreasi sebagai faktor-faktor yang dapat mendukung kelancaran dan kesuksesan guru dalam melaksanakan pembelajaran proyek tematik antar mata pelajaran yaitu:

1. Kolaborasi Guru yang selama ini bekerja sendiri di kelasnya masing-masing harus memiliki keterbukaan untuk berkolaborasi dengan guru lain. Kesediaan kolaborasi ini ditentukan juga oleh kemampuan kerjasama, pemikiran terbuka untuk menerima kritik dan saran.
Termasuk kesediaan berbagi pengalaman serta curah pendapat mengenai permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran agar ditemukan solusi bersama. Kolaborasi dilakukan dengan pengembangan perangkat pembelajaran bersama, pelaksanaan pembelajaran, sampai dengan pelaksanaan evaluasinya.

2. Kompetensi

(a) Kompetensi profesional yang terkait penguasaan substansi mata pelajaran yang diampunya sehingga memahami capaian pembelajaran dengan tepat. Guru juga dapat menentukan cara kolaborasi untuk menuju capaian pembelajaran dan mewujudkan profil pelajar Pancasila.

(b) Kompetensi pedagogik yang terkait keluasan penguasaan strategi dan metode pembelajaran yang relevan diterapkan pada proyek kolaboratif tematik antar mata pelajaran).

(3) Kompetensi sosial (terkait kemampuan komunikasi dan kerjasama antar teman sejawat untuk mendukung kesuksesan proyek).

(4) Kompetensi kepribadian (terkait kedisiplinan, kejujuran, kesabaran, keterbukaan, keluwesan dalam penyesuaian selama bekerja secara kolaboratif). \

3. Kreasi
Masing-masing guru yang terlibat dalam proyek tematik kolaborasi harus berani menuangkan kreativitasnya dalam mengelola pembelajaran mulai dari perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan evaluasinya sebagai bentuk merdeka mengajar. Guru harus berani keluar dari habituasinya dan mau mencoba hal-hal baru dalam pembelajaran terutama dalam melaksanakan proyek kolaboratif tematik antar mata pelajaran.

Guru juga harus memiliki pemikiran terbuka terhadap kebaruan, menghargai kreativitas peserta didik, memfasilitasi belajar dengan aneka sumber, menumbuhkan budaya berpikir merdeka. Mengadaptasi pada kelebihan project based learning sebagaimana dikemukakan Widiastuti & Sagoro (2020) serta Tsybulsky & Muchnik-Rozanov (2019), pembelajaran proyek tematik kolaboratif antar mata pelajaran memiliki keunggulan dari sisi peserta didik berupa menumbuhkan keterampilan pemecahan masalah kompleks, kolaborasi, komunikasi.
Jika ditinjau dari sisi guru akan dapat memberikan tukar pengalaman antara satu guru dengan guru yang lain sehingga dapat terjadi pengembangan profesional dan personal pada diri guru.

 Dengan banyaknya keunggulan tersebut, mari kita persiapkan diri kita sebagai pengajar untuk mendukung merdeka mengajar, merdeka belajar dengan melaksanakan pembelajaran proyek kolaboratif tematik antar mata pelajaran untuk mendukung pengembangan profil pelajar Pancasila.
Setiap guru memiliki potensi asal memiliki keberanian keluar dari zona nyaman mengajarnya untuk mencoba strategi pembelajaran baru.

Pertanyaannya kini: tertantangkah guru untuk melakukan proyek tematik kolaboratif antar mata pelajaran?

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Siapkah Guru Indonesia Melaksanakan Kurikulum Prototipe?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/edu/read/2022/01/04/154233471/siapkah-guru-indonesia-melaksanakan-kurikulum-prototipe?page=5.

Editor : Yohanes Enggar Harususilo
 


Untuk meningkatkan kualitas SDM di sekolah, salah satu caranya adalah dengan metode coaching.
kunjungi website kami https://www.kamadeva.com/web/page/view/academy