Dunia hiburan Indonesia dikejutkan oleh kabar duka wafatnya Indra Jaylani, aktor FTV muda yang meninggal dunia akibat penyumbatan usus. Namun lebih dari sekadar bintang televisi, sosok Indra ternyata memiliki prestasi akademik yang mentereng. Ia dikenal sebagai pribadi berdedikasi tinggi di bidang pendidikan, bahkan sempat aktif dalam berbagai kegiatan kampus dan sosial.
Kepergiannya menyisakan luka, tapi juga pelajaran berharga: bahwa pendidikan dan dedikasi bisa menjadi warisan abadi. Dan inilah saatnya kita bertanya—bagaimana dengan kepala sekolah hari ini? Sudahkah mereka mengambil peran lebih besar sebagai pemberdaya, bukan sekadar pelaksana?
Era Sekolah Gratis: Kepala Sekolah Harus Bertransformasi
Di tengah wacana sekolah gratis yang semakin digaungkan pemerintah, banyak kepala sekolah dan yayasan justru kebingungan menjaga kualitas layanan tanpa bergantung sepenuhnya pada sumbangan orang tua. Apalagi, transparansi kini menjadi tuntutan publik.
Namun sesungguhnya, era ini justru membuka peluang emas bagi sekolah untuk menjadi lebih mandiri secara keuangan. Kuncinya? Kepala sekolah harus mengubah paradigma: dari administrator menjadi edupreneur.
Edupreneurship bukan berarti berdagang. Tapi bagaimana kepala sekolah mampu melihat potensi yang dimiliki sekolah dan mengelolanya menjadi sumber daya yang berkelanjutan, tanpa menggadaikan integritas.
"Sekolah bisa saja punya program unggulan, hasil karya siswa, bahkan ekosistem digital yang luar biasa. Tinggal bagaimana kepala sekolah dan tim yayasan mengubahnya jadi kekuatan pendanaan mandiri,” ujar Ibu Dewi, CFOO PT KAMADEVA INOVASI GLOBAL.
Manajemen Sekolah Digital: Kunci Edupreneurship yang Efektif
Tak bisa dimungkiri, banyak sekolah masih gagap teknologi. Padahal solusi sudah tersedia. Mulai dari sistem informasi hingga administrasi digital, semuanya bisa menunjang efisiensi pengelolaan dan membuka peluang inovasi.
Contohnya, Sistem Informasi Sekolah memungkinkan sekolah mencatat aktivitas akademik, keuangan, dan data siswa secara real-time. Dengan kontrol ini, sekolah dapat menyusun laporan kinerja yang akurat dan transparan kepada pihak yayasan maupun dinas pendidikan.
Sementara itu, untuk manajemen lebih luas, ada Manajemen Sekolah Digital dan Aplikasi Sekolah Terintegrasi yang mendukung sekolah untuk mengelola berbagai aspek dari satu pintu digital.
Tidak hanya itu, sistem seperti Administrasi Sekolah Online dan Software Sekolah 4.0 juga memungkinkan kepala sekolah melakukan penghematan waktu, meningkatkan transparansi, dan memudahkan pelaporan ke dinas.
Pemberdayaan Bukan Sekadar Donasi
Berbekal sistem digital dan mindset kewirausahaan, kepala sekolah kini bisa membangun skema pendanaan yang tidak membebani orang tua. Misalnya lewat program kreatif seperti:
-
Produk siswa berbasis projek (kerajinan, makanan, media digital)
-
Kolaborasi dengan UMKM sekitar sekolah
-
Pemanfaatan ruang sekolah untuk kegiatan komunitas
Semua bisa dilakukan dengan visi yang kuat dan data yang valid—hal yang bisa diwujudkan melalui administrasi sekolah online yang rapi.
Saatnya Kepala Sekolah Menjadi Sosok Visioner
Kepergian Indra Jaylani menyadarkan kita bahwa usia tidak menjamin panjangnya waktu untuk berkarya. Namun warisan dedikasi bisa menjadi inspirasi. Hari ini, setiap kepala sekolah bisa meninggalkan warisan besar: sekolah yang hidup, mandiri, dan memberdayakan.
Mari bertransformasi. Bukan hanya mengajar dan mengatur kurikulum, tapi mengembangkan potensi sekolah sebagai pusat pemberdayaan masyarakat.
Karena sekolah gratis tak berarti kepala sekolah pasrah. Justru sebaliknya: saatnya menjadi edupreneur yang memimpin perubahan.