“Loh, anak saya belum bisa membaca, gimana nanti di SD?”
Pertanyaan ini mungkin sering berputar di kepala para orang tua. Namun baru-baru ini, keputusan besar dibuat oleh Kemendikbudristek yang bisa mengubah cara kita memandang pendidikan dini: tes calistung tidak lagi menjadi syarat masuk SD!
Banyak orang tua terkejut—dan bahkan bingung. Apa sebenarnya maksud dari kebijakan ini? Apakah anak tidak perlu bisa membaca atau berhitung saat masuk SD?
🎓 Fokus ke Tumbuh Kembang, Bukan Angka
Dilansir dari Kompas.com (30/05/2025), kebijakan ini adalah bagian dari perubahan paradigma pendidikan dasar. Pemerintah ingin menghindari tekanan belajar yang terlalu dini, khususnya pada anak usia 6 tahun ke bawah.
Alih-alih fokus pada kemampuan membaca, menulis, dan berhitung, proses penerimaan siswa SD sekarang lebih menitikberatkan pada kesiapan mental, sosial, dan emosional anak.
Ini berarti pendidikan TK dan PAUD kembali ke jati dirinya sebagai tempat bermain dan tumbuh bersama, bukan tempat les mini yang memaksa anak menguasai calistung sebelum waktunya.
📱 Lalu, Apa Peran Orang Tua?
Orang tua kini punya tanggung jawab baru: mendampingi proses belajar anak secara alami di rumah dan memilih sekolah yang punya sistem pendampingan terbaik.
Meskipun tidak wajib bisa calistung saat masuk SD, itu bukan berarti anak tidak perlu dikenalkan huruf dan angka. Pendekatan yang lebih kreatif, menyenangkan, dan sesuai tahap tumbuh kembang adalah kuncinya.
Orang tua juga bisa lebih teliti dalam memilih sekolah dasar yang telah menerapkan sistem informasi sekolah untuk transparansi perkembangan anak. Sekolah yang memiliki aplikasi sekolah terintegrasi memungkinkan orang tua memantau kegiatan belajar, hasil observasi, hingga perkembangan sosial anak secara real-time.
💡 Digitalisasi: Solusi Baru untuk Tantangan Lama
Dengan kebijakan baru ini, muncul peluang untuk melakukan digitalisasi pendidikan dasar. Sekolah-sekolah, termasuk PAUD dan SD, kini dapat mengadopsi manajemen sekolah digital untuk memastikan proses pembelajaran yang menyenangkan tetap terukur dan terdokumentasi.
Beberapa sekolah sudah menggunakan software sekolah 4.0 yang mendukung komunikasi dua arah antara guru dan orang tua. Bahkan, administrasi sekolah online kini menjadi standar baru untuk kemudahan pendaftaran, pembayaran, dan pelaporan perkembangan siswa.
Digitalisasi ini juga bisa dimulai secara mandiri oleh sekolah dengan menggandeng perusahaan sekitar melalui program CSR. Ini membuat proses transformasi menjadi lebih terjangkau dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat.
🧠Kesimpulan: Kualitas Tetap yang Utama
Tes calistung mungkin sudah tidak lagi diwajibkan, tapi kualitas pendidikan tetaplah prioritas.
Sebagai orang tua, tugas kita bukan hanya memastikan anak masuk SD, tapi juga memastikan mereka bahagia, siap, dan tumbuh dengan cara yang benar.
Dan untuk itu, memilih sekolah yang sudah terintegrasi dengan teknologi seperti sistem informasi sekolah bisa jadi keputusan terbaik jangka panjang.
Siap mendampingi anak Anda tumbuh tanpa tekanan dan penuh semangat belajar? 🌱
Yuk, bijak memilih sekolah dan tetap terlibat aktif dalam proses belajarnya.