Problem Baru Pasca Pandemi bagi Dunia Sekolah

Bulan Januari sudah berjalan beberapa hari. Sudah ada 2 minggu lebih kita memasuki tahun 2022. Dan sekolah-sekolah sudah mulai melakukan pembelajaran offline. Saat ini ada beberapa sekolah yang melakukan pembelajaran dengan sistem pembelajaran tatap muka (PTM). Artinya sudah meminta siswa-siswi untuk belajar dengan datang ke sekolahan. 

Beberapa sekolah yang menjadi mitra dari kami (Kamadeva~red) sudah melakukan pembelajaran tatap muka, pembelajaran dengan sistem siswa-siswi hadir dilingkungan sekolah bahkan pertemuan di ruang kelas seperti biasanya. Di DKI Jakarta, Surabaya dan kota-kota besar lainnya ada beberapa yang sudah melakukan pembelajaran tatap muka.

 

Bila ditinjau dari peraturan PPKM Jawa-Bali yang saat ini di terapkan oleh pemerintah masih berlaku sampai tanggal 24 Januari 2022. Sementara PPKM diluar Jawa Bali berlaku sampai tanggal 31 Januari 2022. Sumber berita bisa diakses di Detik (klik disini).  Terkait hal tersebut, pemerintah melakukan penyesuaian Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri tentang Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19. Dengan mengacu daerah yang berlevel 1 yang diijinkan untuk mengadakan kegiatan pembelajaran tatap muka.

Tapi kali ini mari kita cermati akan problematika yang muncul bila PTM dilakukan. Dari hasil beberapa pengamatan dan survey tidak langsung maka bisa dilihat sebagai berikut:

 

  1. Kesiapan protokol kesehatan di sekolah.

Beberapa sekolah memang sudah menyediakan didekat pintu gerbang sekolah, bahkan di setiap kelas. Tetapi masih ada beberapa sekolah yang tidak menyediakan dengan komplit. Kadang cuma tempat cuci tangan, tanpa ada sabun cair dll.

 

  1. Pengajaran di kelas dengan sikap siswa-siswi yang sudah beda

Suasana hati siswa bisa kita lihat begitu bersemangatkah siswa-siswi hadir di sekolah? Disaat team kami melakukan komunikasi denan beberapa guru di sekolah, guru-guru tersebut kebanyakan menceritakan kalau anak didiknya tidak antusias, cenderung pasif dan slow respon. Hal ini sebenarnya kita bisa cek situasi hati para siswa-siswi tersebut. Apakah mereka bahagia dengan sekolah offline? Apakah mereka perluwaktu untukpenyesuaian diri dulu?

 

  1. Siswa-siswi juga mengalami suasana yang canggung.

 Secara umum siswa-siswi juga memerlukan waktu untuk menyesuasikan diri dalam ruang kelas. Bisa saja itu kelas pertama mereka di jenjang SMP atau SMA, sebab perlu kita ingat pandemi sudah membuat sistem pengajaran offline libur 2 tahun. Siapa tahu waktu mereka (siswa-siswi) masuk SMP atau SMA waktu dulu dalam situasi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Oleh karena itu siswa-siswi juga perlu diadakan sessi kenalan secara offline dulu untuk mengurangi rasa canggung di dalam kelas. 

 

  1. Jam mengajar dan kesediaan ruang kelas.

Bagi sebagian sekolah ada beberapa yang mengalami kekurangan menyiapkan ruang buat mengatur jumlah siswa yang diijinkan masuk. Bahkan yang sudah boleh masuk 75% tetapi tetap memperhatikan jarak dalam ruang kelas hal ini menambah problem tersendiri.

 


Tertarik untuk segera memulai? Silahkan hubungi kami segera, kami akan membantu anda.
Daftarkan sekolah anda dan kami akan membantu anda dalam proses Digitalisasi manajemen di sekolah anda, silahkan klik link berikut ini :

https://register.sisko-online.com