Saat publik ramai membahas debut Emil Audero dan strategi Patrick Kluivert untuk Timnas Indonesia, ada “pertandingan lain” yang juga sedang panas: perjuangan sekolah swasta bertahan di tengah gelombang pendidikan gratis pasca putusan Mahkamah Konstitusi.
Tapi siapa sangka, ternyata ada strategi rahasia yang bisa menjadi senjata andalan sekolah swasta: digitalisasi sekolah berbasis kolaborasi.
Putusan Mahkamah Konstitusi yang menyatakan bahwa sekolah dasar dan menengah, baik negeri maupun swasta, wajib diselenggarakan secara gratis, tentu memunculkan tantangan baru. Apalagi bagi sekolah swasta, yang selama ini sangat bergantung pada biaya operasional dari sumbangan orang tua murid.
Kini, kepala sekolah, ketua yayasan, hingga kepala dinas pendidikan daerah dituntut untuk tidak hanya taat regulasi, tetapi juga sigap dan inovatif. Tidak boleh ada pungutan tambahan, tidak boleh membebani orang tua, dan tidak bisa mengandalkan iuran siswa. Lalu, apa solusinya?
Jawabannya ada pada kolaborasi cerdas dengan platform seperti SISKO (Sistem Informasi Sekolah).
SISKO bukan hanya sekadar aplikasi sekolah terintegrasi, tapi mitra strategis yang mampu membuka peluang pendanaan non-konvensional bagi sekolah swasta.
Dengan fitur lengkap, SISKO mampu membantu sekolah menjalankan administrasi sekolah online tanpa biaya tambahan dari siswa. Justru, melalui model kemitraan CSR dengan perusahaan sekitar, SISKO bisa menjadi jembatan antara dunia usaha dan dunia pendidikan.
Fitur-fitur dalam SISKO, seperti laporan keuangan transparan, sistem pembelajaran digital, dan manajemen sekolah digital, menjadikan operasional sekolah semakin efisien dan profesional. Selain itu ada fitur advertising di SISKO yang memungkinkan mitra sekolah (Perusahaan Peduli Pendidikan) memakai dana marketing dan iklan yang di letakkan dalam aplikasi sekolah tersebut.
Sekolah tak hanya menjalankan amanat MK, tapi juga menegakkan integritas—menjadi institusi yang dipercaya oleh masyarakat dan dunia industri.
Di era software sekolah 4.0, SISKO memberikan akses ke sistem informasi sekolah yang memudahkan monitoring kinerja, absensi, pelaporan akademik, dan sistem komunikasi antara sekolah, orang tua, dan stakeholder lainnya.
Tidak hanya itu, sekolah juga bisa menciptakan value lebih dengan digital branding yang terintegrasi dengan sistem ini.
“Daripada berjuang sendiri, lebih baik sekolah membangun ekosistem. SISKO adalah salah satu alat bantu terbaik untuk itu,” ujar salah satu kepala sekolah swasta di Jawa Barat yang kini tengah menjajaki kerja sama CSR dengan perusahaan daerah melalui SISKO.
Apakah artinya SISKO membebani sekolah? Sama sekali tidak. Justru, dengan skema kemitraan yang fleksibel, SISKO hadir tanpa memaksa pembiayaan dari pihak sekolah. Semua berbasis kolaborasi dan solusi.
Era pendidikan gratis bukan akhir dari inovasi sekolah swasta. Justru ini awal dari lompatan strategis. Sekolah yang siap berubah, akan tetap unggul. Sekolah yang mampu membangun kemitraan, akan terus bertumbuh.
Kini saatnya para kepala sekolah, ketua yayasan, dan kepala dinas untuk melihat lebih jauh. Tidak cukup hanya bertahan, sekolah harus bisa menjadi pionir inovasi. Bersama SISKO, pendidikan gratis bukan ancaman, tapi peluang untuk bangkit dan memimpin.
🔗 Pelajari lebih lanjut solusi digital untuk sekolah di era baru ini: