Digitalisasi Sekolah, bikin Ayah senang (Part 2)

Suatu malam, diisaat kumpul makan malam seperti biasa Ayah mulai menanyakan kepada anak-anak kegiatannya seharian di sekolah hari ini. 

Anton, kapan jadinya tempatmu ada tes tengah semester?”, tanya ayah pada Anton.

Dan saat itu aku memperhatikan Anton dengan bangga diri menjawab setiap pertanyaan-pertanyaan ayah selanjutnya. Demikian juga ekor mataku menangkap kesiapan Intan untuk menjawab pertanyaan dari ayah. Mereka berdua selalu antusias bila menjawab pertanyaan ayah tersebut.

Intan, bagaimana persiapan kamu untuk olympiade bulan Mei tahun ini?”, tanya ayah pada Intan.

Dengan gaya centil dan riangnya Intan menjawab pertanyaan ayah. Terlihat dia sangat antusias sekali kalau bercerita tentang lomba-lomba fisika itu. Memang terlihat dia sangat menguasai dan sangat termotivasi bila membicarakan fisika. Aku saja pernah minta tolong dia untuk mengerjakan PR fisika-ku waktu dulu. 

“Andi, Senin nanti ayah yang akan ikut rapat orang tua murid bulan ini, semoga kamu tidak ada masalah lagi yang bikin ayah malu”, demikian ayah sekilas bicara sama aku. Maka aku menanggapinya hanya dengan mengangguk saja, seperti biasa yang aku lakukan. Tapi kali ini aku sedikit kaget, biasanya yang mengurusi yang terkait sekolahku itu ibuku, kok kali ini ayah yang akan berangkat.

 

Hari senin pun tiba, bila hari ini ada pertemuan orang tua siswa maka biasanya aku dan teman-teman senang, sebab pelajaran hanya sampai jam 12 siang. Dan pertemuan orang tua siswa dimulai jam 2 siang. Aku biasanya langsung pulang dan hanya tunggu di rumah sampai pertemuan orang tua siswa itu selesai dan ibu pulang. Kali ini beda, ayah menyuruhku untuk pergi main, tapi sebelum jam 2 sudah harus ada di sekolah lagi.

Saat jam 13:30 aku sudah berada di sekolah kembali, aku menunggu di lobby sekolah sambil nunggu ayah datang. Tidak berapa lama, mobil ayah masuk ke area parkir sekolah. Ayah memparkirkannya dekat lobby sekolah, dia turun dan berjalan sambil tersenyum ke arah aku.

Kamu sekarang ikut ayah menghadap pak Budiman, ayah janji jam 13:45 sama beliau.” demikian kata ayah saat dilobby. Dengar nama pak Budiman disebut membuat aku jadi dag-dug-der rasanya. Aku nggak berani tanya, sebab biasanya kalau ibu di panggil pak Budiman pasti ada masalah. Tapi kali ini aku melihat wajah ayah sangat ceria. Aku jadi bingung setengah mati.

Sampai di depan ruang guru, ternyata pak Budiman sudah menunggu ayah dan aku, alu beliau mempersilahkan kami berdua menuju ruang kepala sekolah. Kami semua duduk di ruang tamu kepala sekolah. Dan mereka (antara ayah dan pak Budiman) berbasa-basi saling menanyakan kabar.

“Pak, saya mewakili pak Agus, kepala sekolah kami, mau menginformasikan beberapa hal, berita baik dan berita kurang baik. Yang pertama-tama, saya mau menyampaikan yang nggak enak dulu ya pak, hal ini terkait dengan akademis Andi,” demikian kata pak Budiman. Hal itu membuat aku hanya bisa menunduk dan rasanya nggak mau ada diruangan itu. Aku tahu bahwa aku secara akademik memang jelek, terbukti kalau ikut ulangan selalu dapat nilai jelek, jangankan nilai 9, untuk dapat nilai 7 saja aku berjuang setengah mati. Mereka membahas beberapa hal yang nggak ingin aku dengar, dan aku tahu ayahku beberapa kali melirik ke arahku.

“Nah pak, sekarang saya akan menginformasikan hal baiknya, ini pesan sebenarnya ingin pak Agus sampaikan langsung kepada bapak. Tetapi beliau tadi pagi tiba-tiba harus ke yayasan pusat ada beberapa hal urgent lainnya. Nanti saat kita dalam pertemuan orang tua siswa akan mempresentasikan rencana sekolah menerapkan aplikasi sekolah. Sekolah kita ini kedepan akan benar-benar memasuki digitalisasi sekolah, bahkan kita langsung loncat menjadi sekolah 4.0.” kata pak budiman. Hal ini juga sedikit memberi angin buat aku. Penasaran apa yang ingin di sampaikan oleh pak Budiman.

[BERSAMBUNG]

Cerita 3 silahkan klik disni