Perkenalkan namaku Andi, aku anak kedua dari 3 bersaudara. Aku lahir dan hidup dalam keluarga yang cukup, ayahku seorang pengusaha di kota metropolitan ini. Sementara ibuku juga wanita sibuk dalam karirnya di sebuah perusahaan BUMN ternama di negara ini. Kakakku bernama Anton yang bersekolah di sebuah SMU international school ternama dikota ini. Sedangkan Intan, adikku itu juga gadis dengan paras cantik dan cerdas, terbukti dia sering ikut lomba olimpiade fisika.
Intan ini cukup terkenal prestasinya di bidang fisika. Dia baru kelas 2 SMP di sebuah sekolah negeri ternama di kota ini, tetapi sudah pernah memenangkan olimpiade tingkat Asia yang diselenggarakan di Singapura. Hal ini sering diangga-banggakan samaayah dan ibu. Terlebih-lebih ayah, bila ada pertemuan keluarga besar maka dia tidak henti-hentinya berceriat dengan bangga tentang Intan sama saudara-saudaranya.
Sementara Anton ini memang anak yang berprestasi sejak kecil, di sekolah dia selalu juara 1. Bahkan bila habis semesteran, ibu bisa membahasnya di meja makan tentang prestasi Anton selama seminggu. Bahkan dengan prestasi Anton yang gemilang ini ayah selalu mengatakan akan mengkuliahkan dia di tempat ayah dulu kuliah. Ayahku dulu kuliah di Harvard University. Dia juga orang jenius dalam ekonomi, maka usahanya sukses luar biasa.
Anda pasti menunggu cerita tentangku…. Mhmmm … mau cerita apa ya aku ini. Aku tidak biasa ceritakan diriku sendiri, sebab di rumahku selalu dibandingkan dengan kakakku Anton yang punya kepandaian luar biasa. Atau lebih parahnya lagi ibuku selalu ngomelin aku bahwa aku bukan kakak yang baik, bukan kakak yang bisa dijadikan contoh bagi Intan adikku itu.
Bila sedang makan malam bersama, biasanya ayahku menanyai kabar dan aktivitas kami satu per satu. Hal itu membuat aku merasa selalu seperti di hakimi. Bila bertanya pada Anton bisa panjang dan lama, lalu bertanya pada Intan juga hal yang sama terjadi. Uppsss… kamu pasti penasaran kok nggak bertanya kabar dan aktivitasku? Sabar, walau aku anak kedua, tapi aku selalu dapat giliran terakhir dan selalu perbincanganku dengan ayah ditutup dengan banyak nasehat. Tidak hanya nasehat saja, tetapi juga selalu di bandingkan dengan Anton kakakku itu dan Intan adikku yang ahli fisika.
Oh iya… Aku lupa bercerita sekolah dimana ya. Aku sendiri di sekolah swasta dan memang aku pelajar yang biasa-biasa saja. Aku saat ini kelas 1 SMA. Aku ingat waktu aku masuk sekolah ini ibuku bisa ngomel hampir satu bulan, dengan mengungkit-ungkit dengan kata-kata ini:
“Kamu harus tahu mama sudah habis banyak buat masukin sekolah disana, karena kamu nggak ada prestasi dan nilai pelajaran jelek, terpaksa mama kasih sumbangan besar ke sekolah tersebut. Jadi kamu minimal harus bisa bertahan disana.”
Kata-kata demikian atau hal yang serupa hampir aku dengar setiap hari selama kurang lebih sebulan. Bisa kamu bayangkan betapa sialnya diriku bagi ortuku. Tapi itu semua bisa jadi masa lalu, sebab setelah sekolahku melakukan sedikit perubahan, cerita jadi lain.
[BERSAMBUNG]
Sambungan cerita klik disini