Sensor fingerprint adalah sebuah perangkat teknologi yang memanfaatkan sidik jari sebagai media identifikasi penggunanya. Cara kerja sensor fingerprint adalah dengan merekam gambar digital pada pola sidik jari. Dari hasil rekaman tersebut kemudian dijadikan sebagai sebuah template biometrik yang disimpan dan digunakan untuk pencocokan identitas sesorang atau penggunanya.
Perkembagan sensor fingerprint pada awalnya digunakan pada bidang keamanan dan pemerintahan untuk keperluan pendataan kependudukan serta penegakan hukum. Kemajuan teknologi membawa perubhana juga kepada peran serta dari identifikasi sidik jari. Kini penerapan sistem keamanan menggunakan sensor sidik jari sudah mulai banyak digunakan oleh individu / personal, bukan lagi hanya digunakan oleh lembaga atau perusahaan, bahkan sekolah-sekolah yang berorientasi pada kemajuan teknologi juga memakainya. Digitalisasi sekolah salah satunya harus mempunyai sistem informasi sekolah yang juga terintegrasi dengan absensi digital.
Tetapi saat ini makin banyak ditemukan kendala-kendala fingerprint, hal tersebut diantaranya:
- Kadang jari/jempol yang sudah terdaftar tidak terdeteksi oleh fingerprint.
Pada kenyataan dilapangan banyak yang mengeluhkan harus beberapa kali mencoba menempelkan jari/jempol baru terbaca oleh mesin. Atau kadang diarahkan untuk memakai jari-jari yang lainnya. Hal ini bisa mengakibatkan absensi jadi memakan waktu yang cukup menghambat. - Jari atau jempol yang kotor atau berkeringat juga berpotensi tidak teridentifikasi
Hal ini banyak di keluhkan oleh para siswa yang biasanya mereka tidak begitu memperhatikan kebersihan jari-jarinya. Bahkan bagi beberapa orang yang mudah berkeringat juga merasa bahwa pakai alat ini tidak membuat mereka menjadi nyaman. - Pada bagian scanner terkena paparan cahaya langsung, kinerjanya akan menurun dan menghambat proses absensi.
Beberapa kali biasanya bagian developer mesin selalu mengingatkan fingerprint jangan terkena sinar matahari langsung, atau di pasangberlawanan dengan jendela. Hal ini membuat beberapa user yang ingin memakai fingerprint justru harus meletakkan alat tersebut bukan di tempat yang strategis atau tempat yang biasa karyawan/siswa-siswi lalui. - Alat fingerprint mudah menularkan bakteri atau virus, sebab semua orang menempelkan jari/jempol pada alat tersebut
Hal ini sebenarnya sudah lama diperhatikan di beberapa negara maju yang tingkat deteksi penyebaran penyakit selalu terpantau dengan cermat.Salah satunya alat fingerprinttersebut yang terindikasi berperan menyebarkan virus flu dan beberapa penyakit lainnya. - Berpotensi menyebarkan covid-19.
Fingerprint di masa pandemi saat ini sudah tidak relevan untuk dipakai, sebab di bagian scannernya berpotensi menyebarkan covid-19. Dimana bagian alat tersebut banyak disentuh oleh banyak orang. Sehingga kontak fisik secara tidak langsung terjadi melalui media alat tersebut.
Untung saja Kamadeva dengan sistem absensi yang ada di SISKO yang dikembangkan bukan fingerprint. Hal ini bukan karena tidak sengaja. Tetapi sejak awal team SISKO sudah menyadari kelemahan-kelemahan yang terjadi di alat fingerprint. Oleh karena itu dalam sistem SISKO lebih mengembangkan alat absensi dengan kartu. Seperti yang dilakukan oleh Pak Benny dari SMK NEGERI 3 Tuban yang telah memakai SISKO sejak tahun 2017. SMK NEGERI 3 Tuban juga memakai kartu buat absensi yang sudah terhubung dengan SISKO.
Apakah sekolah Anda belum mempunyai sistem absensi digital?
Apakah sekolahan Anda belum mempunyai sistem absensi yang terintegrasi?
Bila jawabannya BELUM. Maka sangat tepat Anda segera mendaftarkan sekolah Anda supaya mempunyai sistem informasi sekolah.
Bergabung sekarang bersama ribuan sekolah yang telah memulai. Klik link berikut ini untuk mendaftar SISKO (Gratis)
https://register.sisko-online.com